Penting: Domain alternatif situs ini dapat berubah sewaktu" jika internet positif gunakan vpn sementara untuk mendapatkan domain baru. Dan jangan lupa di bookmark bosku.

Penting: Domain alternatif situs ini dapat berubah sewaktu" jika internet positif gunakan vpn sementara untuk mendapatkan domain baru. Dan jangan lupa di bookmark bosku.

Jeritan Tante Ayu Yang Sangat Memukau

0 views
0%

Jeritan Tante Ayu Yang Sangat Memukau | Aq mendapat kisah yang asyk dan tak bisa terlupakan padahal kisah itu terjadi kira kira 1 tahun yang lalu tapi rasanya baru kemarin aq rasakan, cerita ini berkisah tentang istri dari pamanku dimana pamanku baru saja melangsungkan pernikahannya walaupun bisa dikata telat, karena umurnya suah rada tua.

Jeritan Tante Ayu Yang Sangat Memukau
Jeritan Tante Ayu Yang Sangat Memukau

Pamanku terbilang orang sukses karena dalam bisnisnya lancer semua, mungkin sebab itu pamanku sibuk ke bisnisnya sampai lupa pendamping hidupnya, sudah disarankan kepada keluarganya dan dipilihakn wanita tapi selalu saja ada pertimbangan yang khusus dari paman sendiri, minta ini minta itu dan pada suatu saat paman membawa wanita yang sangat cantik.

Namanya Ayu seperti namanya dia juga cantik, tak cantik pula dia juga supel kepada kami, dia berusia 24 tahun dan saat itu ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan teman pamanku itu.

Kemudian kami bercakap-cakap, ternyata Ayu memang enak untuk diajak ngobrol. Dan aq melihat sepertinya pamanku tertarik sekali dengannya, karena aq tahu matanya tidak pernah lepas memandang wajah Ayu.

Tapi tidak demikian halnya dengan Ayu. Ia lebih sering memandangku, terutama ketika aq berbicara, tatapannya dalam sekali, seolah-olah dapat menembus pikiranku. Aq mulai berpikir jangan-jangan Ayu lebih menyukaiku.

Tapi aq tidak dapat berharap banyak, soalnya bukan aq yang hendak dijodohkan. Tapi aq tetap saja memandangnya ketika ia sedang berbicara, kupandangi dari ujung rambut ke kaki, rambutnya panjang seperti gadis di iklan sampo, kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus, tapi sepertinya dadanya agak rata, tapi aq tidak terlalu memikirkannya.

Tidak terasa hari sudah mulai malam. Kemudian sebkamum mereka pulang, pamanku mentraktir mereka makan di sebuah restoran chinese food di dekat rumahnya di daerah Sunter. Ketika sampai di restorant tersebut, aq langsung pergi ke wc dulu karena aq sudah kebelet. Sebkamum aq menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu tersebut. Ternyata adalah Ayu.

“Eh, ada apa Yu?”

“Enggak, aq pengen kasih kartu nama aq, besok jangan lupa telpon aq, ada yang mau aq omongin, oke?”

“Kenapa enggak sekarang aja?”

“Jangan, ada paman kamu, pokoknya besok jangan lupa.”

Setelah acara makan malam itu, aq pun pulang ke rumah dengan seribu satu pertanyaan di otakku, apa yang mau diomongin sama Ayu sih. Tapi aq tidak mau pikir panjang lagi, lagipula nanti aq bisa-bisa susah tidur, soalnya kan besok harus masuk kerja.

Besoknya saat istirahat makan siang, aq meneleponnya dan bertanya langsung padanya.

“Eh, apa sih yang mau kamu omongin, aq penasaran banget?”

“Eeee, penasaran ya, Ton?”

“Iya lah, ayo dong buruan!”

“Eh, slow aja lagi, napsu amet sih kamu.”

“Baru tahu yah, napsu aq emang tinggi.”

“Napsu yang mana nih?” Ayu sepertinya memancingku.

“Napsu makan dong, aq kan bkamum sempat makan siang!”

Aq sempat emosi juga rasanya, sepertinya ia tidak tahu aq ini orang yang sangat menghargai waktu, terutama jam makan siang, soalnya aq sambil makan dapat sekaligus main internet di tempat kerjaq, karena saat itu pasti bosku pergi makan kkamuar, jadi aq bebas surfing di internet, gratis lagi.

“Yah udah, aq cuma mau bilang bisa enggak kamu ke apartment aq sore ini abis pulang kerja, soalnya aq pengen ngobrol banyak sama kamu.”

Aq tidak habis pikir, nih orang kenapa tidak bilang kemarin saja.

Lalu kataq, “Kenapa enggak kemarin aja bilangnya?”

“Karena aq mau kasih surprise buat kamu.” katanya manja.

“Ala, gitu aja pake surprise segala, yah udah entar aq ke tempat kamu, kira-kira jam 6, alamat kamu di mana?”

Lalu Ayu bilang, “Nih catet yah, apartment XXX (edited), lantai XX (edited), pintu no. XXX (edited), jangan lupa yah!””Oke deh, tunggu aja nanti, bye!”

“Bye-bye Ton.”

Setelah telepon terputus, lalu aq mulai membayangkan apa yang akan dibicarakan, lalu pikiran nakalku mulai bekerja. Apa bisa aq menyentuhnya nanti, tetapi langsung aq berpikir tentang pamanku, bagaimana kalau nanti ketahuan, pasti tidak enak dengan pamanku. Lalu aq pun mulai tenggelam dalam kesibukan pekerjaanku.

Tidak lama pun waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, sudah waktunya nih, pikirku. Lalu aq pun mulai mengendarai motorku ke tempatnya. Lumayan dekat dari tempat kerjaq di Roxymas. Sesampainya di sana, aq pun langsung menaiki lift ke lantai yang diberitahukan. Begitu sampai di lantai tersebut, aq pun langsung melihatnya sedang membuka pintu ruanganya.

Langsung saja kutepuk pundaknya, “Hai, baru sampe yah, Yu..”

Ayu tersentak kaget, “Wah aq kira siapa, pake tepuk segala.”

“Kamu khan kasih surprise buat aq, jadi aq juga mesti kasih surprise juga buat kamu.”

Lalu ia mencubit lenganku, “Nakal kamu yah, awas nanti!”

Kujawab saja, “Siapa taqt, emang aq pikirin!”

“Ayo masuk Ton, santai aja, anggap aja rumah sendiri.” katanya setelah pintunya terbuka.

Ketika aq masuk, aq langsung terpana dengan apa yang ada di dalamnya, kulihat temboknya berbeda dengan tembok rumah orang-orang pada umumnya, temboknya dilukis dengan gambar-gambar pemandangan di luar negeri. Dia sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku. Tapi hebat juga kalau cuma kerja sebagai sekretaris mampu menyewa apartment. Jangan-jangan ini cewek simpanan, pikirku.

Sambil aq berkeliling, Ayu berkata, “Mau minum apa Ton?”

“Apa saja lah, asal bukan racun.” kataq bercanda.

“Oh, kalau gitu nanti saya campurin obat tidur deh.” kata Ayu sambil tertawa.

Sementara ia sedang membuat minuman, mataq secara tidak sengaja tertuju pada rak VCD-nya, ketika kulihat satu persatu, ternyata lebih banyak film yang berbau porno. Aq tidak sadar ketika ia sudah kembali, tahu-tahu ia nyeletuk, “Ton, kalo kamu mau nonton, setel aja langsung..!”

Aq tersentak ketika ia ngomong seperti itu, lalu kubilang, “Apa aq enggak salah denger nih..?”

Lalu katanya, “Kalo kamu merasa salah denger, yah aq setelin aja sekarang deh..!”

Lalu ia pun mengambil sembarang film kemudian disetelnya. Wah, gila juga nih cewek, pikirku, apa ia tidak tahu kalau aq ini laki-laki, baru kenal sehari saja, sudah seberani ini.

“Duduk sini Ton, jangan bengong aja, khan udah aq bilang anggap aja rumah sendiri..!” kata Ayu sambil menepuk sofa menyuruhku duduk.

Kemudian aq pun duduk dan nonton di sampingnya, agak lama kami terdiam menyaksikan film panas itu, sampai akhirnya aq pun buka mulut, “Eh Yu, tadi di telpon kamu bilang mau ngomong sesuatu, apa sih yang mau kamu ngomongin..?”

Ayu tidak langsung ngomong, tapi ia kemudian menggenggam jemariku, aq tidak menyangka akan tindakannya itu, tapi aq pun tidak berusaha untuk melepaskannya.

Agak lama kemudian baru ia ngomong, pelan sekali, “Kamu tau Ton, sejak kemarin bertemu, kayaknya aq merasa pengen menatap kamu terus, ngobrol terus. Ton, aq suka sama kamu.”

“Tapi khan kemarin kamu dikenalkan ke Paman aq, apa kamu enggak merasa kalo kamu itu dijodohin ke Paman aq, apa kamu enggak lihat reaksi Paman aq ke kamu..?”

“Iya, tapi aq enggak mau dijodohin sama Paman kamu, soalnya umurnya aja beda jauh, aq pikir-pikir, kenapa hari itu bukannya kamu aja yang dijodohin ke aq..?” kata Ayu sambil mendesah.

Aq pun menjawab, “Aq sebenarnya juga suka sama kamu, tapi aq enggak enak sama Paman aq, entar dikiranya aq kurang ajar sama yang lebih tua.”

Ayu diam saja, demikian juga aq, sementara itu film semakin bertambah panas, tapi Ayu tidak melepaskan genggamannya.

Lalu secara tidak sadar otak pornoku mulai bekerja, soalnya kupikir sekarang kan tidak ada orang lain ini. Lalu mulai kuusap-usap tangannya, lalu ia menoleh padaq, kutatap matanya dalam-dalam, sambil berkata dengan pelan, “Ayu, aq cinta kamu.”

Ia tidak menjawab, tapi memejamkan matanya. Kupikir ini saatnya, lalu pelan-pelan kukecup bibirnya sambil lidahku menerobos bertemu lidahnya. Ayu pun lalu membalasnya sambil memkamukku erat-erat.

Tanganku tidak tinggal diam berusaha untuk meraba-raba buah dadanya, ternyata agak besar juga, walaupun tidak sebesar punyanya bintang film porno. Ayu menggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-desah menikmati rangsangan yang diterima pada buah dadanya.

Kemudian aq berusaha membuka satu persatu kancing bajunya, lalu kuremas-remas payudara yang masih terbungkus BRA itu.

“Aaaaahhh, buka aja BH-nya Ton, cepat.., oohh..!”

Kucari-cari pengaitnya di belakang, lalu kubuka. Wah, ternyata lumayan juga, masih padat dan kencang, walaupun tidak begitu besar. Langsung kusedot-sedot putingnya seperti anak bayi kehausan.

“Esshh.. ouww.. aduhh.. Ton.. nikmat sekali lidahmu.., teruss..!”

Setelah bosan dengan payudaranya, lalu kubuka skamuruh pakaiannya sampai bugil total. Ia juga tidak mau kalah, lalu melepaskan semua yang kukenakan. Untuk sesaat kami saling berpandangan mengagumi keindahan masing-masing. Lalu ia menarik tanganku menuju ke kamarnya, tapi aq melepaskan pegangannya lalu menggendongnya dengan kedua tanganku.

“Aouww Ton, kamu romantis sekali..!” katanya sambil kedua tangannya menggelayut manja melingkari leherku.

Kemudian kuletakkan Ayu pelan-pelan di atas ranjangnya, lalu aq menindih tubuhnya dari atas, untuk sesaat mulut kami saling pagut memagut dengan mesranya sambil berpkamukan erat. Lalu mulutku mulai turun ke buah dadanya, kujilat-jilat dengan lembut, Ayu mendesah-desah nikmat. Tidak lama aq bermain di dadanya, mulutku pelan-pelan mulai menjilati turun ke perutnya, Ayu menggeliat kegelian.

“Aduh Ton, kamu ngerjain aq yah, awas kamu nanti..!”

“Tapi kamu suka khan? Geli-geli nikmat..!”

“Udah ah, jilati aja memek aq Ton..!”

“Oke boss.., siap laksanakan perintah..!”

Langsung saja kubuka paha lebar-lebar, tanpa menunggu lagi langsung saja kujilat-jilat klitorisnya yang sebesar kacang kedele. Ayu menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan liar seakan-akan tidak mau kalah dengan permainan lidahku ini.

“Oohh esshhh aaouuw uuhh teeruss.., lebih dalemm, oohhh.. nikmat sekali..!”

Agak lama juga aq bermain di klitorisnya sampai-sampai terlihat banjir di sekitar vaginanya.

“Ton, masukkin aja titit kamu ke lobang aq, aq udah enggak tahan lagi..!”

Dengan segera kuposisikan diriku untuk menembus kemaluannya, tapi ketika kutekan ujung penisku, ternyata tidak mau masuk. Aq baru tahu ternyata dia masih perawan.

“Ayu, apa kamu tidak menyesal perawan kamu aq tembus..?”

“Ton, aq rela kalau kamu yang ngambil perawan aq, bagi aq di dunia ini cuma ada kita berdua aja.”

Tanpa ragu-ragu lagi langsung kutusuk penisku dengan kuat, rasanya seperti ada sesuatu yang robek, mungkin itu perawannya, pikirku.

“Aduh sakit Ton, tahan dulu..!” katanya menahan sakit.

Aq pun diam sejenak, lalu kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnyan. Beberapa menit kemudian ia terangsang lagi, lalu tanpa buang waktu lagi kutekan pantatku sehingga batang kemaluanku masuk semuanya ke dalam lubangnya.

“Pelan-pelan Ton, masih sakit nih..!” katanya meringis.

Kugoyangkan pinggulku pelan-pelan, lama kelamaan kulihat dia mulai terangsang lagi. Lalu gerakanku mulai kupercepat sambil menyedot-nyedot puting susunya. Kulihat Ayu sangat menikmati sekali permainan ini.

Tidak lama kemudian ia mengejang, “Ton, aa.. aqu.. mau kkamuarr.., teruss.. terus.., aahh..!”

Aq pun mulai merasakan hal yang sama, “Yu, aq juga mau kkamuar, di dalam atau di luar..?”

“Kkamuarin di dalem aja Sayang… ohhh.. aahh..!” katanya sambil kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku dan terus menggoyangkan pantatnya.

Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Oohh… sshh… sshh… sshh…”

Ternyata dia sudah kkamuar, aq terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga menyentuh ke dasar liang senggamanya.

“Sshh.. aahh..” dan, “Aagghh.. crett.. crett.. creet..!”

Kutekan pantatku hingga batang kejantananku menempel ke dasar liang kenikmatannya, dan kkamuarlah spermaq ke dalam liang surganya.

Saat terakhir air maniku kkamuar, aq pun merasa lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidak kucabut batang kemaluanku dari liangnya, melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hingga dengan jelas aq dapat melihat bagaimana rudalku masuk ke dalam sarangnya yang dikelilingi oleh bulu kemaluannya yang menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuh klitorisnya.

“Sshh.. aahh..!” hanya desisan saja yang menjadi jawaban atas perlaqanku itu.

Setelah itu kami berdua sama-sama lemas. Kami saling berpkamukan selama kira-kira satu jam sambil meraba-raba.

Lalu ia berkata kepadaq, “Ton, mudah-mudahan kita bisa bersatu seperti ini Ton, aq sangat sayang pada kamu.”

Aq diam sejenak, lalu kubilang begini, “Aq juga sayang kamu, tapi kamu mesti janji tidak boleh meladeni paman aq kalo dia nyari-nyari kamu.”

“Oke bossss, siap laksanakan perintah..!” katanya sambil memkamukku lebih erat.

Sejak saat itu, kami menjadi sangat lengket, tiap malam minggu selalu kami bertingkah seperti suami istri. Tidak hanya di apartmentnya, kadang aq datang ke tempat kerjanya dan melaqkannya bersama di WC, tentu saja setelah semua orang sudah pulang.

Kadang ia juga ke tempat kerjaq untuk minta jatahnya. Katanya pamanku sudah tidak pernah mencarinya lagi, soalnya tiap kali Ayu ditelpon, yang menjawabnya adalah mesin penjawabnya, lalu tak pernah dibalas Ayu, mungkin akhirnya pamanku jadi bosan sendiri.

Aq Dengan Calon Istri Pamanku sering jalan-jalan ke Mal-Mal, untungnya tidak pernah bertemu dengan pamanku itu. Sampai saat ini aq masih jalan bersama, tapi ketika kutanya sampai kapan mau begini, ia tidak menjawabnya. Aq ingin sekali menikahinya, tapi sepertinya ia bukan tipe cewek yang ingin punya kkamuarga. Tapi lama-lama kupikir, tidak apalah, yang penting aq dapat enaknya juga. TAMAT

From: